Saya anak kedua dari empat bersaudara. Saya berasal dari keluarga pas-pasan. Maksudnya setiap kali butuh sesuatu, mau beli buku dijawab “pas mama gajian nanti ya“, mau beli sepatu dijawab “pas mama gajian nanti ya”, mau beli tas lagi-lagi dijawab “pas mama gajian nanti ya”. Mau beli PS (Play Station) dijawab “sekarang pas untuk diomelin”. Ya, mama adalah tulang punggung utama keluarga kami.
Saat Saya masih duduk di bangku SD, Karena sesuatu hal, papa terpaksa berhenti bekerja. Pernah suatu kali papa mencoba berbisnis. Tapi agaknya pola pikir papa saat itu yang konvensional, membuatnya selalu ketinggalan jaman. Akhirnya bisnisnya gagal dan gagal berkali-kali. Pelajaran penting yang Saya dapat dari pengalaman papa. Dunia ini terus berubah dengan cepatnya. Mereka yang enggan berubah akan selalu kalah. Jaman dulu orang mendengarkan lagu dengan menggunakan piringan hitam. Namun teknologi berkembang, piringan hitam menjadi kuno dan digantikan kaset. Kemudian kaset mengakhiri kejayaannya setelah ada teknologi CD, DVD. Tapi hari ini orang mendengarkan rekaman lagu secara digital. Banyak toko-toko kaset dan CD yang tutup. Perubahan sangat cepat terjadi. Mereka yang puas dengan pencapaiannya saat ini, jatuh dalam zona nyaman. Tidak mau berubah. Siap-siap zona nyaman akan menjadi tidak nyaman.
Salah satu memori paling berbekas adalah ketika kami sekeluarga terpaksa menjual rumah tempat kami tinggal. Kami terpaksa menumpang di rumah saudara. Bukan selama setahun, bukan pula dua tahun, tapi selama belasan tahun. Setiap hari kami dibiasakan berhemat. Apapun yang bisa dihemat, gimanapun caranya pasti dilakukan. Termasuk untuk urusan makanan. Untuk berhemat, papa secara rutin membawa pulang makanan sisa dari rumah saudara. Untuk urusan baju, sepatu dan tas kami cukup beruntung mendapat harta warisan berupa barang bekas dari saudara.
Tapi untuk urusan sekolah, mama selalu mengusahakan yang terbaik buat anak-anaknya. Secara diam-diam, mama selalu datang menemui kepala sekolah untuk memohon keringanan biaya sekolah. Keringanan yang mama maksud adalah gratis. Untuk urusan ini, mama adalah negosiator ulung. Empat jempol untuk mama saya.
Makanya meski dengan susah payah, kami empat bersaudara semua lulus sarjana. Saat itu mama saya bekerja sebagai apoteker di sebuah rumah sakit di Jakarta dengan jam kerja panjang (terutama jika sift malam) dan penghasilan yang tidak seberapa. Makanya kehidupan kami mungkin tidak semulus anak anak lain di sekolah. Kadang saya juga merasa cemburu dengan teman teman yang bisa punya uang saku lebih untuk jajan dan beli mainan. Beruntung teman-teman saya baik, mereka sering mentraktir saya dengan catatan, saya mau beri contekan PR dan ulangan. Yang ini jangan ditiru ya =p. Saya ini termasuk anak berprestasi lho, saya langganan juara di sekolah.
Setiap hari kami pulang sekolah dengan berjalan kaki atau naik angkot. Pernah suatu kali Saya dan Kakak saya di todong di jalan dan dimintai uang. Kami ketakutan karena yang menodong adalah 3 orang preman dengan wajah garang dan baju khas preman lengkap dengan tato di badan. Mereka minta kami mengeluarkan uang di kantong. Kami berdua bingung, karena kami tidak punya uang. Akhirnya salah satu preman memutuskan untuk menusuk perut saya dengan pisau dan kakak saya dipukuli hingga babak belur. Mama saya sampai menangis saat mengetahui hal itu. Coba saat itu saya ditusuk pakai kemoceng, kejadiannya pasti beda. Itulah masa kecil saya.
Tahun 2007, Saya bekerja sebagai seorang karyawan di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Dengan gaji pas-pasan, Saya hanya mampu menyewa sebuah kamar kontrakkan seharga 200 ribu. Saat itu harga kos-kosan di Jakarta 500 ribu sudah sangat murah, kamar sederhana, tidak pakai AC. Maka anda bisa bayangkan sebuah kamar kos-kosan seharga kurang dari setengah harga kamar sederhana? Kamar itu berdinding tripleks yang tidak dicat, tidak ada perabot apapun yang diberikan oleh ibu kos selain sebuah kursi. Entah dimana mejanya. Untuk tidur Saya membeli sebuah kasur lantai yang paling murah yang bisa Saya dapatkan. Kamar kosan tersebut terletak disebuah gang sempit yang kumuh. Setiap musim hujan, Saya harus membayangkan diri punya ilmu ninja berjalan di atas air. Ya, begitulah. Karena setiap hujan, kosan yang bersahaja itu pasti kebanjiran. Demi penghematan, kamar itu tidak saya tempati sendiri. Saya patungan dengan seorang kawan, jadi masing masing membayar 100 ribu.
Suatu hari Saya menulis impian dan saya tempel di dinding tripleks kamar. Teman sekamar saya tertawa. Katanya, “Chris, Lo panas ya? Lo mimpi?” Tapi kemudian dia menepuk pundakku dan melanjutkan, “Tapi kalo Lo yang tulis, Gue percaya Lo pasti bisa kok.”
Tahukah anda impian apa yang saya tulis?
“Saya Christian Adrianto, pada tahun 2008, bulan Mei, setahun dari sekarang akan mendapatkan gaji 10 kali lipat dari gaji saya sekarang.”
Meski teman saya saat itu menertawakan, tapi sekarang Saya bersyukur. Saya ingat dia percaya bahwa Saya bisa. Setiap kali Saya menemui kesulitan, saat rasanya segalanya terasa berat, saat Saya gagal. Saya tahu bahwa ada seseorang yang percaya bahwa Saya bisa mencapai semua impian tersebut. Makanya Saya tidak pernah mau menyerah.
Setahun kemudian, impian yang Saya tulis ternyata tidak tercapai. Impian saya meleset. Tapi impian itu meleset ke atas bukan ke bawah. Jadi bukannya dapat 10 kali lipat gaji, Saya mendapatkan 40 kali lipat gaji. Jangan pernah takut untuk bermimpi besar. Karena impian yang besar ibarat papan target yang anda tuju saat anda ingin menembakkan panah. Sulit untuk tidak tepat sasaran saat target anda besar. Seandainya anda meleset, anda tetap tidak akan jauh-jauh dari target anda. Karena target anda besar.
Namun impian besar saja tidak cukup tanpa kerja keras dan doa. Saya terus menambah ilmu. Saya tidak pernah ragu ragu untuk belajar dari siapapun yang terbaik terutama yang terbaik di dunia. Salah satu guru yang sangat membentuk pola pikir saya adalah Pak Tung Desem Waringin dan Motivator No 1 di Dunia, Tony Robbins. Tony Robbins terkenal sebagai pelatih sukses paling top di dunia, bahkan orang orang top di dunia belajar dari seorang Tony Robbins, seperti Michael Jordan, Andre Agasi, Serena William, Lady Diana, Oprah Winfrey, Bill Clinton, Nelson Mandela, dan masih banyak lagi.
Dulu saya memaksakan diri untuk ikut seminar seminar terbaik. Bahkan sampai meminjam uang. Pernah uang saya direkening tinggal 50 ribu setelah disetorkan untuk mendaftar seminar. Saat saya nekat mencoba ambil uang di ATM, mendadak suasana jadi seperti lebaran. karena mesin ATM berkata “mohon maaf lahir dan batin, saldo anda tidak mencukupi.” Tapi percayalah, apa yang anda investasikan ke kepala anda, akan kembali berlipat lipat ke dompet anda. Hingga hari ini, saya terus belajar dan terus mengupgrade ilmu. Dan jangan lupa apalah artinya ilmu jika tidak dipraktekkan. Dan sekedar praktek kurang afdol jika tidak dibagi. Anda setuju?
Jangan pernah berfikir untuk berhenti belajar. Karena posisi apapun yang anda capai saat ini, itu adalah karena kemampuan yang anda miliki. Namun posisi yang anda raih saat ini juga karena kemampuan yang belum anda miliki. Saat anda meningkatkan skill dan kemampuan, maka posisi anda akan naik, dan anda akan lebih sukses lagi dibanding dengan hari ini.
Itulah yang terjadi pada diri saya. Berawal dari keluarga miskin, karyawan kantor dengan gaji pas-pasan. Mulai tahun 2009 hidup saya mulai berubah. Hari ini saya dikenal sebagai salah satu motivator terbaik di Indonesia. Saya telah diundang ratusan perusahaan besar bahkan hingga ke Sydney-Australia, Shanghai-China hingga Ho Chi Minh City – Vietnam. Saya diundang untuk memotivasi di 7 Stasiun TV Nasional di indonesia (TV One, KompasTV, Trans7, iNewsTV, GlobalTV, SindoTV, TVRI).
Dulu saya dan sekeluarga mesti numpang dirumah saudara, hari ini saya memiliki puluhan property termasuk beberapa condotel. Tidak ada setitikpun maksud saya untuk sombong apalagi menggurui. Namun saya ingin berbagi kisah saya dan menginspirasi. Karena jika saya bisa, maka anda pasti juga bisa!
Jangan pernah menyerah dan jangan pernah merasa puas akan pencapaian. Selalu jalani hidup dengan semangat dan jadi inspirasi bagi banyak orang. Karena kesuksesan bukan apa yang telah kita raih, tapi kesuksesan adalah ketika kita menginspirasi banyak orang untuk mencapai potensi puncak dan mencapai kesuksesan.
Salam Semangat!!!
Christian Adrianto